GudRnD

Untung Sugiyarto & Muhammad Aldino
Daerah Asal
Jakarta Selatan, DKJ dan Cirebon, Jawa Barat
Profil Seniman

Untung Sugiyarto dan Muhammad Aldino adalah seniman yang tergabung dalam GudRnd, kelompok perekayasa yang berada di ekosistem Gudskul dan diprakarsai oleh Studio Bagendit cabang Jakarta. GudRnd berfokus pada eksperimen dalam hidroponik, elektronika, mekanika, dan daur ulang plastik kemasan. Sugiyarto dan Aldino aktif dalam setiap program dan perencanaan GudRnd, terutama dalam pengelolaan limbah plastik. Mereka berkomitmen untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka, serta menjalin kerjasama dalam proyek-proyek daur ulang. Pelatihan yang mereka berikan juga membantu mereka mendapatkan pengetahuan dan jaringan baru.

Penting Gambus; Gareda Temok Girang (2024)
Dimensi bervariasi
Limbah plastik tutup botol, limbah kantong kresek, dan limbah kain

Sejak 1945, musik gambus menjadi bagian penting dari masyarakat Pemenang, Lombok Utara. Grup Gambus Baring-Baring, yang terkenal pada masanya, vakum setelah wafatnya pemimpin mereka, Maman Sitah. Pada 1980-an, tradisi ini dibangkitkan oleh musisi lama, seperti Puk Kartanah, yang kemudian mendirikan Gambus Keser Baring-Baring Generasi Kedua bersama musisi baru, seperti Pak Jumli dan Pak Amid. Pada 2018, Puk Kartanah melibatkan cucunya, Lalu Muhammad Rizal, yang mendirikan Gambus Temoq Girang bersama Lalu Miftahurrahman, untuk menghibur dan menghilangkan trauma pasca-gempa. Grup ini sekarang beranggotakan 19 orang dan terus mengembangkan musik Gambus Sasak. Melalui program Baku Konek, GudRnD dan Pasirputih berupaya melestarikan budaya ini dengan menciptakan alat musik dari limbah plastik, seperti Penting Gambus, untuk mengolah limbah dan melestarikan lingkungan, sekaligus mengedukasi publik. Proyek ini melibatkan berbagai tokoh penting yang bekerja sama untuk menciptakan karya inovatif demi mendukung keberlanjutan lingkungan dan ekonomi lokal.

Apa yang membuat kamu pertama kali tertarik dengan dunia seni rupa?

Seru, menantang dan yang juga membuat tertarik adalah bahwa seni sebenarnya adalah platform yang membuat kamu bisa bebas berekspresi.

Siapa atau apa yang paling memengaruhi perjalanan seni kamu?

Moch Hasrul, Mas Emji dan GudRnD.

Bagaimana kamu menggambarkan identitas artistik kamu?

Kebanyakan karya kami tidak jauh dari tata cahaya dan limbah plastik, termasuk dengan menggunakan lampu dan sensor.

Menurut kamu, apa peran seni dalam masyarakat?

Bisa bermanfaat bagi masyarakat karena seni harusnya bisa menjadi media yang menjembatani ekspresi mereka.

Adakah tema-tema tertentu yang sering muncul dalam karya kamu? Mengapa tema tersebut penting?

Tidak ada tema yang spesifik semua karya bisa merespon apa yang ada di masyarakat, tapi tema urban, kesenjangan sosial dan keluarga mungkin tema-tema yang kami ikuti.

Bagaimana kamu melihat relasi antara seni dan komunitas?

Menurut saya seni dan komunitas itu selalu berdampingan dan antara seni serta komunitas bisa menjadi gerakan seni itu sendiri.

Proyek seni paling menarik apa yang pernah kamu ikuti/ kerjakan? (Bisa dalam berbagai aspek: topik, tantangan, dampak, dll)

Yang paling menarik sebenarnya adalah yang bisa memiliki dampak positif dan memiliki kesan serta pesan terhadap masyarakat. Tapi jika diminta untuk menyebutkan proyek seni, Ring projects yang diselenggarakan oleh Gudskul Ekosistem adalah yang cukup kami ingat, di sana seru sekali karena mendapatkan kesempatan untuk bisa bertemu dengan teman-teman dari berbagai komunitas di seluruh Indonesia dan beberapa negara lainnya.

Apa motivasi kamu mengikuti program Baku Konek?

Motivasi saya mengikuti program Baku Konek adalah untuk merasakan pengalaman residensi bersama komunitas, selain itu juga untuk dapat mengubah persepsi masyarakat akan limbah yang tidak terpakai.

Isu atau tema apa yang menjadi fokus karya kamu di program Baku Konek ini? Mengapa tema tersebut menurut kamu penting?

Isu yang kami ambil mengenai daur ulang sampah plastik, khususnya isu limbah yang tidak terpakai seperti tutup botol plastik dan kantong kresek, GudRnD, Yayasan Pasir Putih dan grup musik Gareda (Gareda grup musik gambus modern) adalah yang berkolaborasi bersama kami saat ini. Melalui Gareda yang akan bercampaign tentang sampah plastik dan mengajak masyarakat untuk bertanggung jawab atas sampahmu sendiri, dengan memanfaatkan menggunakan gitar, bass, penting (alat musik khas Lombok) dan kostum yang terbuat dari sampah plastik (tutup botol plastik dan kantong kresek) serta lirik lagu yang bertemakan peduli sampah menggunakan Bahasa Sasak. Alat musik dan kostum itu dibuat oleh Gareda dan GudRnD dengan program Open Lab, kami berharap isu lembah tidak terpakai bisa menunjukkan sebenarnya memiliki banyak nilai didalamnya.

Apa harapan kamu dengan mengikuti program Baku Konek ini?

Harapan kami dengan program Baku Konek ini, semoga nggak putus sampai di sini saja apa yang sudah dilakukan.

Apakah ada proyek, teknik, atau media seni baru yang ingin kamu eksplorasi saat program residensi ini?

Proyek ini baru pertama kali GudRnD dalam merespon grup musik dan pertama kali membuat alat musik dari limbah tutup botol plastik. Dalam proyek ini kami mencoba mengeksplorasi limbah tidak terpakai menjadi media/alat yang dapat menghasilkan bunyi bahkan menjadi produk dan serta bereksplorasi bersama itu bisa jadi hal tidak terduga karena banyak tangan yang ikut andil didalamnya.

Apakah ada tantangan pribadi yang dirasakan selama menjalani residensi?

Tantangan saat bereksplorasi bersama dan yang sangat sulit saat itu adalah pembuatan lirik lagu lalu membuat nada untuk musiknya untuk teknis pembuatan alat musik tidak terlalu susah.

Adakah proyek seni, ambisi, atau pencapaian jangka panjang yang ingin kamu raih?

Berharap praktik-praktik yang sudah dilakukan terus berkembang. Dan semoga Gareda bisa berkomitmen atas kampanye dalam mengedukasi masyarakat tentang sampah plastik. Bukan itu saja, tapi Gareda bisa mendaur ulang sampah plastik dan menjadi core bisnis bagi mereka selain bermusik.

Apa arti seni bagi kamu?

Bebas tapi sopan dan sebagai media berekspresi bagi siapapun