Gandhi Eka

Gandhi Eka
Daerah Asal
Bandung, Jawa Barat
Kolaborator
Riwanua
Profil Seniman

Gandhi Eka, seniman asal Malang, menempuh pendidikan di Program Magister Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB serta Desain Komunikasi Visual di ISI Yogyakarta. Ia meraih prestasi sebagai Juara 1 Kompetisi Poster Thursday Noise Surabaya pada tahun 2017, dan pada tahun 2021 terpilih sebagai “Artist for Climates” dalam proyek Fineact x TED x TED Countdown. Gandhi juga meraih Juara 1 Kompetisi Poster Sundance Film Festival Asia di tahun yang sama. Karya-karyanya telah dipamerkan di Hela Nusa Hitam di MBloc Space Jakarta, Wonderful Design Kemenparekraf di Labuan Bajo dan Jakarta, serta Indonesia UFO Festival di Yogyakarta. Tahun 2023, ia juga berpartisipasi dalam pameran di Makassar Biennale dan Art Jakarta.

Telusur Warna Purbakala (2024) & Fragmen Cetak Anggota Tubuh (2024)

Telusur Warna Purbakala (2024)

148 cm x 60 cm x 75 cm

Peralatan laboratorium kimia dan kedokteran, peralatan tulis dan gambar, peralatan dapur dan meja

Telusur Warna Purbakala” meneliti medium dan teknik yang digunakan oleh manusia purba dalam menggambar di dinding gua prasejarah. Proses ini melibatkan pencarian, eksplorasi, dan eksperimen terhadap Oker (Hematit) yang mengandung besi oksida dan berwarna kemerahan, serta bahan pendukung lainnya. Tujuannya adalah mengenalkan ilmu Arkeologi melalui seni rupa, menunjukkan pentingnya mempelajari karya manusia purba yang memanfaatkan bahan lokal dan bertahan hingga kini. Ide besar dari residensi Baku Konek adalah pentingnya catatan visual atau teks untuk peradaban dan kebudayaan, yang mencerminkan cara bertahan hidup, sumber nutrisi, kewaspadaan, sinergi dengan lingkungan, dan spiritualitas. Dengan membuat museum atau replika gua untuk menghadirkan pengalaman autentik, proyek ini juga memiliki tujuan untuk preservasi. Dukungan Riwanua, kolektif dari Makassar, Sulawesi Selatan, dengan jejaring kolektif dan fasilitas yang baik sangat membantu Gandhi dalam menyelesaikan proyek ini.


Fragmen Cetak Anggota Tubuh (2024)

Dimensi bervariasi

Oker, telur ayam kampung, kertas, kayu, kanvas, seng, dan batu

Beberapa kejadian saat proses residensi diekspresikan oleh Gandhi dengan pendekatan gaya gambar purba dalam bentuk mural. Interpretasi cetak tangan negatif dinding gua prasejarah dituangkan dengan teknik sembur pigmen warna alam langsung dari mulut untuk mencetak sebagian tubuh, tangan, jari, kaki dan variasi simbolik jemari manusia masa kini pada berbagai medium.

Apa yang membuat kamu pertama kali tertarik dengan dunia seni rupa?

Komik dan film kartun yang mengantarkan saya untuk masuk gerbang dunia seni rupa.

Siapa atau apa yang paling memengaruhi perjalanan seni kamu?

Yang paling mempengaruhi di awal adalah komik Dragon Ball dan Doraemon.

Bagaimana kamu menggambarkan identitas artistik kamu?

Serius dalam bermain dan bermain-main yang serius.

Menurut kamu, apa peran seni dalam masyarakat?

Seni dapat memberikan dan mengakomodir sebuah perayaan, pandangan, pengetahuan maupun kritik, yang disampaikan dengan estetis sebagai silaturahmi budaya.

Adakah tema-tema tertentu yang sering muncul dalam karya kamu? Mengapa tema tersebut penting?

Tema tentang sehari-hari, membuat karya seni lebih mudah dipahami dan menciptakan koneksi emosional. Lalu, sebagai rekaman visual zaman, menyajikan gambaran nyata tentang suatu periode. Hal ini memungkinkan generasi berikutnya untuk memperoleh wawasan mendalam mengenai pola hidup, prinsip-prinsip, serta problematika yang khas pada era tertentu.

Bagaimana kamu melihat relasi antara seni dan komunitas?

Dalam komunitas, seniman dapat saling mendukung secara emosional dan praktis yang penting dalam menghadapi tantangan dinamika seni. Dalam komunitas dapat mendorong pengambilan risiko kreatif dan eksperimentasi yang mungkin sulit dilakukan sendirian.

Proyek seni paling menarik apa yang pernah kamu ikuti/ kerjakan? (Bisa dalam berbagai aspek: topik, tantangan, dampak, dll)

Proyek seni paling menarik adalah yang saya lakukan sekarang, menghadapi medium yang belum pernah dieksplorasi dan dieksperimentasi secara mendalam sebelumnya. Dengan bahan-bahan dari alam, di mana untuk mendapatkan harus bertanya ke berbagai narasumber khususnya arkeolog, warga dan komunitas lokal. Memiliki tantangan tersendiri untuk menggunakan waktu dan tenaga seefektif mungkin. Dan proyek ini harapannya dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar wilayah karst pada khususnya. Lalu sebagai edukasi ke khalayak umum tentang prasejarah, seni rupa dan arkeologi.

Apa motivasi kamu mengikuti program Baku Konek?

Adalah sebuah kesempatan untuk dapat melanjutkan penelitian saya yang sebelumnya mengenai gua purbakala di Maros - Pangkep. Pijakannya adalah penelitian mengenai formula pigmen warna dari gambar-gambar dinding gua purbakala dapat diaplikasikan dalam karya kontemporer yang bisa dibilang akan sulit dilakukan saat kerja seni sehari-hari. Kemudian ini sebagai media belajar untuk mengembangkan praktik artistik dan mencari akar dari praktik drawing dan komik yang saya kerjakan selama ini. Lalu, bagi masyarakat dan komunitas setempat sendiri ini dapat menjadi cara untuk mengenal kembali terhadap lingkungan karst, tempat gua-gua ini berada dan sinergi apa yang bisa dilakukan dengan wilayah bentang alam ini. Dan bagi masyarakat secara luas, adalah mengenalkan peninggalan purbakala yang ada di Indonesia dan mengajak untuk melihat hal-hal apa di sekitar mereka yang perlu juga untuk diperhatikan.

Isu atau tema apa yang menjadi fokus karya kamu di program Baku Konek ini? Mengapa tema tersebut menurut kamu penting?

Fokus karya pada residensi ini adalah studi dan analisis teknik serta media yang digunakan oleh manusia prasejarah dalam lukisan gua di kawasan Maros - Pangkep, sebuah pencarian akar dari praktik seni rupa yang saya lakukan. Sebagai sebuah usaha untuk memunculkan pengetahuan dan perspektif baru tentang gambar gua purba melalui penciptaan karya seni. Pentingnya dari pembahasan ini adalah terkait dengan warisan budaya masa lampau yang kita coba untuk pelajari dan memaknai. Gambar prasejarah ini, sejauh pandangan saya masih minim perhatian dari pelaku seni rupa ataupun masyarakat. Dalam seiring perkembangannya semakin banyak ditemukan peninggalan gambar cadas ini, perlunya memahami lebih dalam makna dan signifikansi gambar-gambar tersebut. Bagaimana penemuan ini mengubah pemahaman kita tentang sejarah seni dan ekspresi manusia.

Apa harapan kamu dengan mengikuti program Baku Konek ini?

Secara personal adalah mengembangkan praktik artistik dalam berkesenian. Berjejaring dan melakukan sebuah proyek yang memperdalam pemahaman tentang seni purbakala, teknik, dan konteks historisnya secara langsung.

Apakah ada proyek, teknik, atau media seni baru yang ingin kamu eksplorasi saat program residensi ini?

Proyek pencarian formula pigmen warna yang digunakan oleh manusia purba adalah media yang masih relatif baru bagi diri saya pribadi. Saya pertama kali mengujicobanya pada tahun 2023 dan ingin dieksplorasi lebih lanjut dalam residensi ini. Begitu pula dengan medium bebatuan karst yang juga baru untuk digunakan dalam karya.

Apakah ada tantangan pribadi yang dirasakan selama menjalani residensi?

Saya sudah siap akan tantangan dengan beberapa medan terjal gua-gua tua yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya untuk melihat gambar-gambar purba di dalamnya. Begitupula dengan lokasi pengambilan bahan-bahan utama untuk menggambar gua; seperti Oker yang juga masih belum saya ketahui keberadaannya. Kemudian, berjejaring dan nongkrong adalah solusinya, di sana saya dapatkan berbagai informasi penting sambil menjalin silaturahmi untuk kelanjutan di hari depan. Selama kegiatan Bakukonek di Riwanua ini, sangat mendukung dengan jejaring kolektif yang terhubung, fasilitas dan infrastruktur yang baik. Sehingga dapat memudahkan tahapan-tahapan dalam berkarya dengan berbagai bidang studi keilmuan.

Adakah proyek seni, ambisi, atau pencapaian jangka panjang yang ingin kamu raih?

Pengolahan formula pigmen warna purba dan pengaplikasiannya dalam seni kontemporer ini adalah proyek jangka panjang, sangat penting dalam milestone karir berkesenian saya. Masih banyak proses dan tahapan yang belum dieksplorasi kemungkinan-kemungkinannya. Dan proyek ini bersifat kolaboratif dengan berbagai lintasan disiplin keilmuan, yang dapat menjadi sebuah pemantik atau direplikasi metodenya ke bentuk karya maupun penelitian yang terkait. Kemudian diharapkan proyek ini dapat diambil manfaatnya bukan hanya untuk saya pribadi, melainkan juga untuk masyarakat lokal setempat, komunitas, akademisi, publik seni dan warga global dalam memandang arkeologi dari seni rupa.

Kedepannya dari karya ini adalah usaha preservasi, mengingat kondisi gua yang tidak semua dapat mudah diakses, proses perijinan dan ketahanan gambar cadas yang entah sampai kapan dapat bertahan. Dirasa perlu untuk membuat semacam museum atau replika khusus mencakup beberapa gua yang dianggap krusial dengan pendekatan bahan yang semirip mungkin dan skala yang sama untuk memunculkan pengalaman seperti layaknya melihat situs aslinya.

Apa arti seni bagi kamu?

Seni adalah ilmu pengetahuan.