Anisa Nabilla Khairo

Anisa Nabilla Khairo
Daerah Asal
Padang, Sumatera Barat
Kolaborator
Rumah Cikaramat
Profil Seniman

Anisa Nabilla Khairo adalah seniman multidisiplin asal Padang, Sumatra Barat, yang menggabungkan seni pertunjukan, kolase, dan riset budaya. Di Kamarkost, ia menciptakan proyek "Body Collage" yang menggabungkan kolase dengan seni pertunjukan.

Dalam residensi di Arles, Prancis, Anisa menelusuri karya Van Gogh dan mendokumentasikannya dengan perspektif pribadi. Ia juga berpartisipasi dalam Festival Pusakao di Padang, menampilkan instalasi oleh Baku Baku yang mengeksplorasi esensi dan struktur warisan budaya.

Baru-baru ini Anisa turut diundang tampil di acara FKY di Kulon Progo dengan pertunjukan bertema Bumi Ibu bersama putrinya yang berusia 2 tahun, Xabat, menjelajahi lokasi dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan spontan. Karya-karya Anisa mencerminkan pendekatan yang mendalam dan relevan dalam seni kontemporer Indonesia.

Alam Takambang Jadi Guru (2024)
12 m x 3 m 3 m
Piring, anyaman, dinamo, gir, penbel, kain, foto di atas kertas, TV LCD, ponsel dan ipad

Alam Takambang Jadi Guru adalah karya instalasi perupa asal Padang, Sumatera Barat, Anisa Nabilla Khairo, yang berkolaborasi dengan komunitas di Kampung Cikaramat, Jawa Barat. Lewat piring-piring yang dikumpulkan dari warga sebagai simbol tradisi yang dipelihara melalui memori tubuh, tutur, dan laku hidup setempat, Anisa mengeksplorasi hubungan antara alam, tubuh, dan pengetahuan. Di sini, gotong royong menjadi esensial dalam menciptakan dan mengembangkan pengetahuan lokal, yang kemudian didistribusikan ke generasi baru oleh sekolah. Dengan menekankan pentingnya memori tubuh dalam keterampilan sehari-hari seperti menganyam, proyek ini dihidupkan melalui kerjasama yang intens dan performatif antara seniman, Rumah Cikaramat, Mardi Al Anhar, Indira, dan warga setempat. Karya ini mengundang pengunjung untuk merasakan dan merefleksikan makna tradisi, tubuh, dan alam sebagai sumber pengetahuan yang hidup.

Apa yang membuat kamu pertama kali tertarik dengan dunia seni rupa?

Saat kuliah di jurusan sastra 2011, saya satu fakultas dengan jurusan seni rupa. Sering berkegiatan bersama, sampai menginisiasi ruang alternatif untuk kegiatan seni dari tahun 2014 dengan nama Kamarkost.ch. Semenjak itu intens dalam aktifitas seni secara mandiri maupun kolaborasi.

Siapa atau apa yang paling memengaruhi perjalanan seni kamu?

Mardi Al Anhar, sekarang dia suami saya. Dulu waktu pacaran kami membangun Kamarkost.ch di ruang ini kami mengeksplor dan berjejaring dengan banyak hal. Pernah belajar sastra dengan fokus linguistik di UNP juga menjadi bagasi saya untuk mengeksplor ide-ide keseharian sebagai sumber pengetahuan. Program mandiri yg kami lakukan di Kamarkost tahun 2013-2014 tour street art ke 12 kota di Indonesia juga mempengaruhi percaya diri masuk ke ranah senirupa dan di perkuat juga dengan program lanjutanya yang kami namai Gerilya Budaya 2 tahun belakangan ini. Merantau secara mandiri dan berkolaborasi memberikan saya kesempatan belajar di ruang-ruang alternatif belajar di pulau Jawa, Kalimantan dan Sumatera.

Bagaimana kamu menggambarkan identitas artistik kamu?

Saya cenderung kerja bersama untuk membangun karya, karya saya seputar sastra lisan seperti (petatah petitih,mantra, mitos, legenda, ritual dll) kemudian berkembang ke benda-benda keseharian. Dalam proses itu saya menemukan bahwa mantra adalah salah satu arsip benda benda keseharian. Proses ini saya lakukan dengan riset atau residensi melibatkan tubuh, ruang dan waktu untuk merekam keseharian. Merekam = mengalami apa yang akan dibicarakan dari lokasi.

Arsip benda-benda tersebut memberi pengetahuan tentang masalalu, kini dan masadepan. Kedekatan saya dengan praktik performance art dan kolase juga mempengaruhi cara saya melihat hal-hal yang perfomatif.

Menurut kamu, apa peran seni dalam masyarakat?

Seni = menghaluskan. Seni bisa menjadi media untuk penghubung antara masalalu dan masakini, lewat seni kita bisa menelusuri dan membaca laku hidup. Dengan mengamati hal yang perfomatif di masyarakat, lewat seni kita bisa menggerakan potensi-potensi untuk persiapan masa depan. Mengingat bahwa kita hidup di tengah peradaban yang punya banyak pedoman dan kebiasaan yang beragam akan sangat mudah untuk saling bergotong royong dan bekerjasama.

Adakah tema-tema tertentu yang sering muncul dalam karya kamu? Mengapa tema tersebut penting?

Tema saya seputar keseharian karena keseharian adalah sumber pengetahuan. Pengetahuan yang berjalan dan berkembang lewat endurance dan intensitas.

Bagaimana kamu melihat relasi antara seni dan komunitas?

Seni dan komunitas adalah kekuatan. Untuk mendapatkan satu kesatuan tersebut kita butuh waktu bersama sama mengalami dan mengetahui secara langsung dengan melibatkan kehadiran tubuh untuk mengembangkan sesuatu. Berdasarkan pengalaman saya sayang sekali jika seni menjadi komunitas yang terpisah dari komunitas atau masyarakat umum. Karna saya membayangkan jika seni berada di dalam komunitas atau masyarakat sesuatu yang besar, kolosal, dan kuat sangat bisa terjadi.

Proyek seni paling menarik apa yang pernah kamu ikuti/ kerjakan? (Bisa dalam berbagai aspek: topik, tantangan, dampak, dll)

Gerilya Budaya- projek mandiri dari Kamarkost.ch. Sudah berlangsung sejak Oktober 2022 lalu, sampai sekarang. Kami merantau ke luar dari Sumatera Barat untuk mencari tau makna dari merantau. Aku perempuan, sepanjang projek membawa bayi bersama suami tentu banyak banget tantangan dan persiapan baru yang harus kami lewati selama perjalanan. Walaupun ini proyek dari Kamarkost.ch dalam perjalanan kami sangat terbuka untuk berkolaborasi dengan siapapun yang kami temui seperti ruang kolektif, galeri, ruang belajar, praktisi budaya termasuk program-program budaya dan kesenian.

Sepanjang 2 tahun ini, persinggahan mondok atau residensi di pondok pesantren salafiyah Al-qodir menjadi pengalaman yang sangat berkesan bagi saya. Disana saya melihat praktik kerjasama yang organik, laku yang menubuh, sistem kemandirian komunal yang di pimpin oleh satu komando. Mulai dari fasilitas bersama, pendidikan, sosial, kesehatan dan ekonomi di pesantren. Al-qodir sangat mapan. Dengan laku yang sudah menubuh mereka juga menjadi terbuka untuk siapa saja

yang ingin bersilahturahmi (berkolaborasi)

Pengalaman yang akhirnya merefleksikan pertemuan pertemuan dengan ruang kolektif, tempat belajar, unit usaha yang pernah saya singgahi sebelumnya. Dan menjadi bagasi untuk perjalanan kedepan.

Apa motivasi kamu mengikuti program Baku Konek?

Berkoneksi dengan banyak hal dan mengetahui cara kerja dari baku konek sebagai pengetahuan untuk saya mengembangkan aktifitas atau kegiatan di Kamarkost.ch.

Isu atau tema apa yang menjadi fokus karya kamu di program Baku Konek ini? Mengapa tema tersebut menurut kamu penting?

Fokus saya pada keseharian sebagai sumber pengetahuan, dengan itu saya bisa menghidupi kembali tradisi menganyam bambu yang hampir punah di Cikaramat. Tema yang saya usung adalah gotong royong, gotong royong ini saya adopsi dari laku hidup masyarakat di kampung Cikaramat.

Kemudian lewat karya saya ingin mendistribusikan tentang kenyataan jika sesuatu dilakukan dengan gotong royong bisa menciptakan hal besar dan gigantis.

Apa harapan kamu dengan mengikuti program Baku Konek ini?

Karena saya seniman daerah yang sedang gerilya atau berpindah pindah harapannya Baku Konek bisa menjadi wadah saya menambah koneksi dan berkolaborasi.

Apakah ada proyek, teknik, atau media seni baru yang ingin kamu eksplorasi saat program residensi ini?

Ada, saya ingin seni menjadi media untuk bisa hidup dan menghidupi sehari hari. Hidup dengan keseharian berkesenian. Eksplorasi ini tahap awalnya sudah saya lakukan di program residensi, berharap bisa berkelanjutan.

Apakah ada tantangan pribadi yang dirasakan selama menjalani residensi?

Karena saya orang tua baru dengan anak usia 3 tahun, kesiapan mental, kebutuhan sehari hari dan menambah bagasi pengetahuan masih menjadi tantangan saya sepanjang hari. Saya perlu banyak waktu, belajar dan berinteraksi. Ketika mengikuti baku konek, saya mendapatkan kesempatan untuk mengahadapi itu secara bersama sama, lingkungan sekitar banyak membantu dan mendampingi saya menjalaninya. Berada di tengah tengah orang-orang yang peduli dengan aktivitas dan kekurangan saya. Juga melihat ibu-ibu baru lainnya yang juga mendapatkan kesempatan yang sama seperti saya itu menambahkan keyakinan dan percaya diri saya bahwa pekerjaan kesenian aman dan nyaman untuk tumbuh kembang saya sebagai orang tua, dan masa depan keluarga saya.

Adakah proyek seni, ambisi, atau pencapaian jangka panjang yang ingin kamu raih?

Setelah Baku Konek terhubung ke Jakarta Bienale, saya punya ambisi untuk merancang biennale di Sumatera khususnya di Sumatera Barat. Rencananya ide yang sudah saya mulai dan lakukan di lokasi residensi bisa di lanjutkan atau berjalan sesuai cita-cita yang terkumpul dari lokasi saat residensi.

Apa arti seni bagi kamu?

Dengan seni saya bisa hidup santai, punya banyak waktu mengenal dan mengerti hal lain di luar diri saya dan seni adalah induk dari segala pengetahuan.